Scrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace LayoutsScrolling Glitter Text Generator & Myspace Layouts

Pemilu = Bursa Artis???  

Diposting oleh Penerbitan Economica

By Ayuningtyas


Bangsa Indonesia kini bersiap untuk menghadapi sebuah hajatan besar yang diadakan setiap lima tahun sekali ini. Pesta besar yang seharusnya dijadikan ajang dalam memilih para wakil bangsa yang duduk di pemerintahan namun terkesan menjadi ajang perebutan kekuasaan semata. Oke tapi inti dari tulisan ini bukanlah menyoroti mengenai segala perebutan itu, namun sadarkah kalian bahwa artis-artis kini ramai diperebutkan untuk ikut meramaikan pesta demokrasi ini, atau bukan hanya sebagai penghias?


Di hampir setiap media yang menyiarkan pesta demokrasi ini, terlihat beberapa nama artis “diselipkan” sebagai salah satu bakal calon legislative (caleg) oleh beberapa partai. Dari artis, atau dapat pula dikatakaan sebagai public figure (who cares), yang terlihat mumpuni, hanya sebatas opini pribadi, yang mungkin dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya hingga, entahlah, artis yang mungkin hanya dicatut namanya untuk mempromosikan partai x, y atau z semacam itulah, atau dengan kata lain tidak terlihat skill yang mempu ditawarkan olehnya yang dapat memenuhi kriteria sebagai seorang leader dari rakyat yang majemuk dan beraneka ragam ini.


Fenomena artis ikut dalam ajang demokrasi ini sebenarnya sudah banyak di bahas oleh berbagai macam kalangan dan di berbagai media cetak. Ya, kebanyakan juga meragukan kemampuan dari sang artis ini dan alasan mencalonkannya salah satu wakil rakyat. Memang fenomena artis ini bukannya fenomena yang baru terjadi “tadi pagi” namun sudah berlangsung lama. Tapi apakah kehadiranmereka benar-benar dapat membuat suatu partai menjadi diminati, popular dikalangana masyarakat Indonesia, para pemilih yang sudah mulia berpikir kritis atau justru mereka yang tidak berpikir kritis dengan mempertimbnagkan bibit, bebet, dan bobot dari sang artis sebelum mencalonkannya sebagai salah satu calon legislatif?


Pemimpin, apakah sebenarnya makna dari pemimpin itu? Semua orang memiliki jawabannya masing-masing, berbeda tergantung persepsi orang tersebut. Entah itu merupakan jawaban dari hati atau entahlah apa saja itu. Namun hal satu hal yang pasti adalah seorang pemimpin akan memimpin orang banyak, mengantarkan mereka yang dipimpin ke suatu hal yang, tentu diharapkan, menjadi lebih baik.


Menjadi salah seorang wakil rakyat yang nantinya menyampaiakan aspirasi dari rakyat yang mereka pimpin, bukanlah sebuah tugas yang ringan yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Amanah ini butuh talent, butuh kemampuan leadership, dan bla bla bla sebagainya, bukanlah sebuah posisi yang mudah sepertinya bukan? Namun tetap tidak dapat dikesampingkan dan mungkin hal yang paling essential sebagai seorang pemimpin adalah kemampuan mendengar aspirasi rakyat, adil dalam keputusan yang kelak dibuatnya, walaupun “adil” disini tidak berarti sama porsi bagi setiap pihak.


Sebagian kemampuan-kemampuan yang dijelaskan di atas memang tidak dapat dilihat secara eksplisit sebelum mereka benar-benar terjun langsung dalam tampuk kepemimpinan, namun setidaknya para petinggi tersebut dapat, setidaknya membaca secara kasar kemampuan sang artis, kemampuan memimpin sang artis tersebut.


Kritik yang disampaikan terhadap hal ini memang tidak dapat dilihat dari satu pihak atau sisi saja. Pandangan yang men-generalisir tentulah akan mengakibatkan pendapat yang justru tidak merefleksikan kondisi yang sebenarnya. Nyata-nyatanya, walaupun banyak pendapat yang meragukan kemampuan artis dalam memegang tongkat estafet kepemimpinan, toh banyak juga diantara mereka yang mendapat kepercayaan dari masyarakat itu sendiri untuk menjadi pemimpinnya, seperti Dede Yusuf yang menjadi Wagub Jawa Barat, atau Rano Karno yang menjadi Wakil Bupati Tangerang.


Dalam mengkritisi hal ini, mungkin akan banyak pihak yang pro atau kontra dengan dengan semua asumsi dan pandangan yang dilontarkan si pengamat A atau B terhadap strategi politik yang dilakukan oleh partai X, Y, atau Z, dengan memasang “tameng” artis ini sebagai salah satu senjat apolitiknya, namun inilah demokrasi. Enjoy democracy.

This entry was posted on 00.27 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar